Workshop Angklung Centre 101 : Pengenalan Musik Alunan Rumpun Bambu (Arumba)
Workshop angklung dengan judul “Workshop Angklung Centre 101 : Pengenalan Musik Alunan Rumpun Bambu” yang dilaksanakan pada Sabtu, 30 September 2023 di Rumah Angklung yang beralamat di Jl. Pariwisata No.1-3-5, Sukawarna, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat telah mengundang Abah Burhan yang merupakan kreator Arumba. Dalam workshop-nya, Abah Burhan menyampaikan sejarah, cara bermain, dan praktek dari ansambel yang terdiri dari gabungan beberapa instrumen musik bambu tersebut.
Alunan Rumpun Bambu atau lebih dikenal sebagai Arumba adalah alat musik yang diciptakan untuk mempermudah dalam memainkan angklung. Dikembangkan dari angklung padaeng yang telah ditemukan sejak tahun 1938, Arumba terbuat dari potongan bambu seperti gambang atau saron yang dibunyikan dengan cara dipukul.
Arumba diciptakan oleh Abah Burhan pada saat ia sedang mengajar grup musik angklung di Cirebon tahun 1966 yang nama awalnya adalah Arumba Cirebon. Ide awalnya sendiri dari keresahan Abah Burhan terhadap kord-kord pada angklung yang harus dibuat terus-menerus menyesuaikan lagu. Lalu, Abah Burhan berfikir kenapa tidak dibuat seperti piano dengan kord-kord yang beragam. Dengan begitu, angklung jadi lebih mudah untuk dimainkan untuk berbagai macam lagu.
“Saat saya mengajar di cirebon, pada tahun 1966, saya pikir, grup yang bergerak di band itu kan lagu-lagunya lebih bervariatif, seperti lagu-lagu pop. Dan jika ingin disesuaikan ke alat musik angklung itu membutuhkan yang namanya kord-kord, apalagi jika ada kord yang belum ada, kita harus membuat lagi.” Begitulah yang dikatakan Abah Burhan pada saat memberikan materi Arumba pada Workshop Angklung Centre 101.
Arumba sendiri awalnya hanya membutuhkan 1 pengiring, tetapi akhirnya dikembangkan oleh Abah Burhan menjadi 2 pengiring. Lalu, pukulannya yang awalnya ada 2 ditambahkan menjadi 4 karena kebutuhan kord. Arumba sendiri diciptakan agar dapat dimainkan seluruh kalangan, jadi dibuat agar mudah, setiap set memiliki 2 pemain dengan memegang 2 chord.
Pada tahun 1960an Pak Yus Rosadi memiliki ide memperkenalkan Arumba. Dari situ Abah Burhan terdorong untuk mengikuti misi kesenian dari suatu media entertainment dari Jakarta. Akhirnya, Arumba ciptaannya terliput di media tersebut. Setelah itu, pada tahun 1970-an, Abah Burhan berkesempatan mengajarkan Arumba di Saung Angklung Udjo. Selama ia mengajar, Arumba terus dikembangkan dengan menambah variasinya agar memenuhi kebutuhan.
Bermain Arumba menurut Abah Burhan harus didasari dengan klangenan, yang dimana setiap musik dan orang pasti memiliki rasa minat yang berbeda-beda. Maka dari itu Arumba juga punya ciri khasnya sendiri. Arumba sendiri saat ini sudah beralih arti dari yang mulanya harus berasal dari alat musik bambu dan murni tanpa ada tambahan teknologi menjadi alat musik yang bisa dikombinasikan dengan alat musik lain/modern. Ansambel musik Arumba terdiri dari beberapa alat musik, sebagai berikut:
- Angklung Solo: satu set angklung yang umumnya terdiri dari 31 buah yang tergantung pada sebuah tiang dan dimainkan satu orang saja.
- Gambang Pengiring: bertugas untuk menghasilkan suara akord, dimainkan oleh satu orang dengan empat pemukul.
- Gambang Melodi: gambang yang menghasilkan melodi, dimainkan oleh satu orang dengan dua pemukul.
- Bass Lodong: tersusun dari beberapa tabung bambu besar yang dipukul untuk memberi nada rendah.
- Gendang: alat musik pukul yang digunakan sebagai lantunan irama.
Itulah paparan materi yang telah disampaikan oleh Abah Burhan. Pada workshop ini juga tampil grup Arumba hasil didikan dari Abah Burhan yang personilnya merupakan orang berkewarganegaraan Jepang. Mereka tampak gembira serta lihai dalam memainkan berbagai lagu yang telah dipelajarinya di depan para peserta workshop.
Begitulah kegiatan Workshop Angklung Centre yang telah dipandu oleh Abah Burhan. Yuk baca artikel workshop angklung lainnya agar wawasanmu mengenai angklung menjadi lebih luas!