Gala Premiere Film The Journey: Angklung Goes to Europe, Dihadiri Juri Oscar.

Gala Premiere Film The Journey: Angklung Goes to Europe, Dihadiri Juri Oscar.

Ditulis Pada 10 Sep 2023 in Berita

BANDUNG (10/9) – Film Dokumenter The Journey: Angklung Goes to Europe yang menceritakan perjalanan misi budaya Tim Muhibah Angklung selama di Eropa tayang perdana pada acara premiere film tersebut, Minggu (10/9/2023), di Bioskop Cinépolis, Istana Plaza, Bandung. Setelahnya, masyarakat umum bisa menonton film tersebut beserta penampilan angklung secara gratis di Rumah Angklung, Bandung.

"Pada tanggal 16 November 2010 UNESCO mengakui angklung sebagai warisan budaya dunia. Masyarakat Indonesia harus terus memainkan dan mempromosikannya, jika tidak maka status tersebut akan dicabut. Untuk menjawab tantangan ini, Tim Muhibah Angklung membuat film dokumenter berjudul The Journey yang menceritakan tentang perjuangan Tim Muhibah dalam mempromosikan angklung ke benua Eropa," ujar Ketua Tim Muhibah Angklung Maulana M. Syuhada.

Film ini telah mengikuti beberapa lab dan pitching forum internasional seperti Docs By The Sea (2017 dan 2021), Master Class FFD Jogja (2016) dan LOCK-Full Circle Lab Jakarta (2019) yang dimentori oleh mentor-mentor internasional seperti Niels-Pagh Andersen (Denmark), Ikka Vehkalahti (Swedia), Sebastian Winkels (Jerman) dan John Appel (Belanda).

Amelia HapsariHadir pada premiere film dokumenter ini sebagai pembicara antara lain Tokoh film Indonesia Amelia Hapsari, satu-satunya orang Indonesia yang menjadi Juri Academy Awards atau Oscar. Hadir pula Sam Udjo, Ketua Umum Perhimpunan Penggiat Angklung Indonesia (PPAI) dan sejumlah pejabat penting dari pemerintah, BUMN, swasta, media massa, dan sebagainya.

Berkisah tentang perjalanan Tim Muhibah Angklung, sebuah komunitas angklung yang berasal dari Bandung ketika melakukan melakukan misi budaya di sejumlah negara di Eropa pada 2016 silam, di dalam film, diceritakan bahwa tim angklung tersebut berkompetisi di Zakopane di Polandia, salah satu Folklore Festival terbesar dan tertua di Eropa serta berhasil menjadi juara 2 dari 18 tim asal mancanegara yang turut serta pada ajang International Folklore Festival di Cerveny Kostelec. Selain itu, tim ini juga tampil memukau di beberapa kota-kota besar seperti Aberdeen - Skotlandia, Westerlo - Belgia, Paris - Prancis, Hamburg - Jerman, Praha dan Cerveny Kostelec - Republik Ceko.

"Film ini adalah panggilan bagi kita semua bahwa kita harus ada di dalam journey ini bersama-sama dan siapapun tim kita kita bisa membawanya menuju ke tempat tempat yang kita sendiri nggak tau bahwa sebetulnya tim kita itu bisa. Saya sangat bersyukur bisa hadir di acara premiere film ini karena saya tahu betul betapa sulitnya Maulana ketika berusaha mencari pendanaan untuk membiayai proses produksi film ini." Ujar Amelia Hapsari saat mengisi sesi talk show

Amelia Hapsari juga menambahkan, "Menurut saya film ini berbicara kepada hati kita. Musiknya membuka hati kita dan sebagai orang Indonesia saya merasa bangga bahwa budaya kita itu setara, sejajar, dan pantas dirayakan sebagai budaya dunia".

The Journey: Angklung Goes to Europe menggambarkan bagaimana 35 orang anak muda dari berbagai sekolah dan universitas di Bandung melakukan perjalanan pertama mereka ke mancanegara untuk menampilkan permainan angklung mereka dan menampilkan tarian nusantara. Misalnya  tari lalayaran dari Jawa Barat, tari Jali-jali dari Jakarta, tari Indang dari Sumatera Barat, tari Batak dari Sumatera Utara, tari Janger dari Bali, dan tari Yamko Rambe Yamko dari Papua, dan cuplikan kehidupan sehari-hari mereka di Eropa.

Film ini tidak hanya sekedar menceritakan tentang misi budaya saja, tetapi juga menceritakan bagaimana perjuangan anak-anak bangsa yang harus berlatih tanpa mengenal lelah, serta harus melewati berbagai rintangan demi memperkenalkan angklung kepada dunia. Rintangan yang mereka hadapi seperti tidur di bandara ketika mendarat di Eropa, masalah dalam perjalanan ke Aberdeen, sampai hampir ketinggalan pesawat ketika hendak kembali ke Tanah Air.

Selain itu, pada film tersebut juga memperlihatkan bagaimana anak-anak muda Indonesia belajar dan mendapatkan pengalaman yang berharga seperti bertemu dengan orang-orang baru dari budaya yang berbeda, tampil di berbagai macam tempat seperti rumah sakit sampai gereja, dan mengelilingi kota-kota besar di Eropa. Selain itu, selama perjalanan, Tim Muhibah Angklung juga masuk dan jadi topik dalam media di negara setempat.

"Saat saya melihat film ini membuat saya meneteskan air mata, saya merasakan bagaimana Kang Maul begitu susah payah berbagai kesulitan menghadapi dari awal dan saya sudah membayangkan melihat sebuah prestasi yang luar biasa karena waktu latihan itu fasilitas yang sangat sederhana kemudian dukungan yang terbatas. Setelah saya melihat film tadi disitu ada keharuan, kebanggaan yang luar biasa karena disitu ada kreatifitas, inovasi, karakter pantang menyerah dan pemberan." ujar Didi Turmudzi ketua umum Paguyuban Pasundan ketika diwawancarai.

Diding Sakri, komisaris independen bank BJB pun turut memberikan tanggapannya mengenai film The Journey: Angklung Goes to Europe. "Kalau mau disimpulkan ada lima 'si' yang kita pelajari dari film tadi. Pertama dedikasi, kedua konsistensi, ketiga motivasi yang kuat, keempat persistensi untuk bisa mencapai tujuan, dan yang terakhir mengikuti kompetisi untuk menunjukkan keberhasilan. Bagi saya itu suatu pembelajaran yang luar biasa dari Tim Muhibah Angklung."

Taufik Hidayat Udjo, selaku Direktur Utama PT Saung Angklung Udjo, pun turut menanggapi "Saya sangat berterima kasih karena film ini menyampaikan kepada masyarakat luas betapa beratnya perjuangan sebuah grup musik tradisional untuk bermuhibah ke luar negeri. Saya benar-benar memahami itu karena saya juga sering mengalami pengalaman yang sama. Banyak orang yang tidak mengetahui perjuangan dibalik itu semua. Harapannya para pemangku kebijakan dapat memberikan perhatian lebih kepada masyarakat yang memiliki grup kesenian tradisional ketika mereka ingin mempromosikan kesenian sampai ke luar negeri untuk diajak bersinergi dalam mempromosikan kebudayaan Indonesia sebagai alat diplomasi"

Masyarakat umum bisa menonton film tersebut dan mengikuti talk show dengan narasumber yang inspiratif secara gratis di Rumah Angklung, Jl. Pariwisata No.1-3-5, Sukajadi Bandung, setiap Sabtu selama 12 minggu mulai 16 September hingga 2 Desember 2023. Caranya dengan melakukan registrasi di instagram @film.thejourney.

Maulana mengatakan, Tim Muhibah Angklung berkomitmen untuk terus mendukung pelestarian budaya Indonesia. Selain musik angklung, ditampilkan ke berbagai negara lagu, tarian, pakaian dari berbagai daerah di Indonesia. Menurutnya, Tim Muhibah Angklung masih tetap eksis dan terus melakukan misi budaya mereka ke empat benua berbeda mulai dari tahun 2016 di Eropa yang perjalanannya sudah dijadikan film dokumenter, lalu awal tahun 2018 di Australia, dilanjutkan di pertengahan tahun 2018 ke Eropa, dan terakhir pada tahun 2022 melakukan perjalanan ke Amerika Serikat (AS).

Penampilan di AS antara lain di Time Square New York, The Smithsonian Washington DC (komplek museum terbesar dunia), Field Museum Chicago (natural history museum terbesar dunia), Magic Valley Folk Festival di Idaho, World Folkfest di Utah (sebagai satu-satunya wakil Asia yang lolos). Selain itu dilakukan juga penampilan di Manitowoc, Boise, San Fransisco, dan berbagai perwakilan RI di AS.

Dari melakukan perjalanan misi budaya tersebut, Tim Muhibah Angklung telah memenangkan berbagai kejuaraan festival folklore di beberapa negara. Pada tahun 2024 mendatang Tim Muhibah Angklung juga memiliki rencana untuk melakukan misi budaya ke Afrika dan timur tengah.